Perkembangan Teori Manajemen

PERKEMBANGAN TEORI MANAJEMEN

A. TEORI DAN ALIRAN MANAJEMEN

Mempelajari teori manajemen membatu kita menjadi seorang manajer yang efektif dalam mengelola organisasi yang semakin kompleks dewasa ini. Manajemen merupakan disiplin ilmu yang berfokus pada hasil yang mudah dilaksanakan. Teori adalah kumpulan prinsip yang disusun secara sistematis. Sedangkan konsep adalah simbol yang dipakai untuk menjelaskan pengertian tertentu dalam teori.

Paling tidak ada 4 (empat) alasan mempelajari teori manajemen antara lain :

1) Teori mengarahkan keputusan Manajemen. Mempelajari teori membantu mamahami proses yang pokok dan dapat memilih suatu tindakan yang efektif. Pada hakikatnya suatu teori merupakan kelompok asumsi-asumsi yang koheren/ logis, yang menjelaskan antara dua atau lebih fakta yang dapat di observasi. Teori yang absah, dapat memprediksi apa yang akan terjadi pada situasi tertentu. Dengan pengetahuan ini, dapat menerapkan teori manajemen yang berbeda terhadap situasi yang berbeda.

2) Teori membentuk pandangan kita mengenai organisasi.

Mempelajari teori manajemen juga memberi petunjuk kepada kita dimana kita mendapatkan beberapa ide mengenai organisasi dan manusia didalamnya.

3) Teori membuat kita sadar mengenai lingkungan usaha.

Dengan mempelajari teori, kita dapat melihat bahwa setiap teori adalah hasil dari lingkungannya – social, ekonomi, politik dan kekuatan teknologi yang ada pada waktu dan tempat terjadinya peristiwa tertentu. Pengetahuan ini akan membantu kita memehami apa sebabnya teori tertentu cocok terhadap keadaan yang berbeda.

4) Teori merupakan suatu sumber ide baru.

Teori memungkinkan kita pada suatu kesempatan mengambil pandangan yang berbeda dari situasi sehari-hari. Pendekatan “electic”, yaitu praktek meminjam prinsip-prinsip dari teori yang berbeda, seperti yang diperlukan oleh keadaan “State of the Art” dalam teori dan praktek manajemen.

ALIRAN MANAJEMEN

Ada tiga aliran dalam ilmu manajemen sebagai berikut :

1) Classical School (Aliran Klasik) terdiri dari 2 cabang :

a. Scientific Management (Manajemen Ilmiah)

b. Classical Organization theory (Teori organisasi klasik)

2) Behavior School/Human Behavior (Aliran Hubungan Manusiawi)

3) Managemen Science School (Aliran Ilmu Manajemen)

a. Aliran Perilaku Organisasi

b. Aliran Riset Operasi dan Manajemen Sains

PENDEKATAN MANAJEMEN (MANAJEMEN KONTEMPORER)

Selain tiga aliran manajemen tersebut, juga dikembangkan pula pendekatan antara lain :

1) System approach (Pendekatan System)

2) Contingency approach (Pendekatan Kontengensi)

3) Neo human relation movement (Gerakan Hubungan Manusiawi Baru)


B. THE CLASSICAL MANAGEMENT THEORIES

(TEORI MANAJEMEN KLASIK)

PENDAHULU TEORI MANAJEMENN KLASIK

Sebelum zaman manajemen ilmiah muncul, telah terjadi revolusi industri di Inggris pada abad ke 19 (tahun 1800-an). Hal ini menyebabkan meningkatnya kebutuhan suatu pendekatan manajemen yang sistematis. Beberapa prinsip manajemen ilmiah yang mempunyai perhatian terhadap masalah-masalah manajemen akibat timbulnya revolusi industri itu adalah :


PERKEMBANGAN TEORI MANAJEMEN

1) James Watt J dan Mathew Robinson Boulton

Mereka adalah putra dari pionir yang menemukan dan mengembangkan mesin uap. Mereka mengambil manajemen dan Soko Engineering Foundry di Inggris, yang didirikan ayah mereka pada tahun 1796.

Watt bertugas memimpin organisasi dan administrasi, dan Boulton memberi per-hatian khusus pada penjual-an dan aktivitas perdagang-an.

Teknik manajerial yang dikembangkan kedua orang itu antara lain adalah :

1. Penelitian dan peramalan pasar,

2. Perencanaan produksi,

3. Skema mesin, yang direncanakan sesuai dengan tuntutan proses pekerjaan, Standar produksi dan

4.Standarisasi komponen-komponen produksi.

Dalam bidang akuntansi dan biaya, mereka mengembang-kan antara lain adalah :

1. Catatan-catatan statistik yang rinci dan

2.Memajukan system pengendalian, yaitu dapat memper-hitungkan biaya dan keuntungan untuk setiap mesin yang dibuat dan untuk setiap departemen.

Dalam bidang sumber daya manusia, mereka mengembang-kan antara lain adalah 1. Pelatihan karyawan

2. Program pengembangan eksekutif,

3. Penelitian Kerja,

4. Program Kesejahteraan dll


2) Robert Owen (1771-1858)

Permulaan tahun 1800-an, awal revolusi industri Robert Owen, seorang Manajer Pabrik Pemintalan Kapas di New Lanark, Skotlandia. Owen menekankan pentingnya unsur manusia dalam produksi.

Pada zaman Owen ini terdapat praktek-praktek memperkerjakan anak-anak usia 5 atau 6 tahun dari standar 13 jam per hari. Tersentuh dengan kondisi kerja yang amat menyedihkan itu, Owen mengajukan satu perbaikan berupa :

a. Membangun perumahan karyawan dan membangun jalan dilingkungan tempat tinggal karyawan

b. Berusaha memperbaiki lingkungan hidup sehingga lingkungan hidup dan pabrik menjadi menariki

c. Koperasi konsumsi bagi karyawan, (Mendirikan took-toko untuk menjual keperluan hidup karyawan, menjual barang-dengan harga yang layak)

d. Menyediakan makanan bagi karyawan

e. Pembatasan pekerja anak dibawah umur (menolak mem-perkerjakan anak dibawah umur 10 tahun)

f. Menurunkan jam kerja yang semula 13 jam menjadi 10,5 jam perhari

Karena jasanya ini beliau disebut sebagai “Bapak Manajemen Personalia Modern”

Jika para manajer lainnya lebih banyak memperhatikan perbaikan teknik, maka Owen lebih banyak memperhatikan pekerja, karena menurut Owen, itulah investasi yang penting bagi manajer. Selain mengenai perbaikan kondisi kerja, beliau Owen mengajukan prosedur yang meningkatkan produktivitas, seperti prosedur penilaian kerja secara terbuka dan bersaing.juga secara terbuka.

3) Charles Babbage (1792 – 1871)

Babbage adalah seorang guru besar Matematika dan penemu Kalkulator serta Komputer pertama dari Inggris, yang tertarik pada usaha penilaian efisiensi operasi suatu pabrik, yaitu dengan menerapkan prinsip-prinsip ilmiah akan terwujud peningkatan produktivitas dan penurunan biaya.

Babbage mengusulkan pertama kali adanya pembagian kerja berdasarkan spesialisasi dari pekerja sesuai penguasaan keterampilan tertentu, pekerjaan dibuat rutin sehingga lebih mudah dapat dikendalikan dan dimekanisasi dengan alat kalkulator.

Pada tahun 1822 Charles Babbage menemukan Kalkulator mekanis, yang disebut Difference Machine (Mesin penambah dan pengurang). Prinsip-prinsip dasarnya digunakan pada mesin mesin hitung hampir seabad kemudian, kalkulator yang kini kita kenal. Babbage menyusun sebuah mesin analitis (Analysis Machine) pada tahun 1833, yaitu sebuah komputer yang otomatis dan mempunyai segala unsure dasar komputer modern, sehingga beliau sering dinamakan sebagai “Bapak Komputer”.

Dari sudut manajemen, Babbage dikenal karena bukunya “On Economy of Machinery and Manufactures” (1832), dia tertarik dan terkesan pada :


1. Prinsip efesiensi pembagian tugas dan perkembangan prinsip-prinsip ilmiah, untuk menentukan seorang manajer harus memakai fasilitas, bahan dan tenaga kerja supaya mendapat kan hasil yang sebaik-baiknya.

2. Prinsip efisiensi pembagian tugas, tidak hanya untuk pekerjaan manual saja, melainkan juga untuk aktivitas mental.

3. Sangat memperhatikan faktor manusia, disarankannya sebaiknya ada kerjasama dalam hal kepentingan bersama antara pekerja dan pemilik pabrik.

4. Menganjurkan adanya semacam system pembagian keuntungan, sehingga para pekerja memperoleh bagian keuntungan pabrik, apabila mereka ikut menyumbang dalam peningkatan produktivitas.

5. Menyarankan para pekerja menerima pembayaran tetap tergantung dari sifat pekerjaan mereka, ditambahkan dengan bagian keuntungan dan ditambahkan bonus untuk setiap saran yang mereka berikan untuk meningkatkan produktivitas.

Sumbangan terbesar beliau adalah dalam bidang biaya, keahlian teknik, dan insentif, berdasarkan keyakinan akan spesialisasi dan alokasi imbalan sesuai produktivitas.

SCIENTIFIC MANAGEMENT (MANAJEMENN ILMIAH)

1) Frederick Winslow Taylor (1856-1915)

Pada tahun 1903 menyusun buku dengan judul “Shop Management”, tahun 1911 menyusun buku dengan judul “The Principles of Scientific Management” dan pada tahun 1912 menyusun buku yang berjudul “Testimory Before Special House Committee” Ketiga buku tersebut tersebut digabungkan dalam sebuah buku dengan judul “Scientific Management” pada tahun 1947.

Bukunya disusun di Perusahaan Midvale & Betlehem Steel. Co di Pensilvania, Amarika Serikat. Di Perusahaan tersebut dia sebagai seorang insinyur mekanis. Karya besarnya itulah membuat dia dikenal sebagai Bapak Manajemen Ilmiah.


Taylor, yang terkenal dengan manajemen ilmiahnya berupa peningkatan produktivitas karena mahalnya biaya buruh trampil di Amerika Serikat pada awal abad ke 20. Gerakanya terkenal dengan gerakan efisiensi kerja. Untuk menjawab berbagai pertanyaan seperti apakah ada satu cara kerja terbaik “the one best way of doing job” dia mengajukan sekelompok prinsip-prinsip yang menjadi ininya manajemen ilmiah. Taylor terkenal dengan rencana peng upahan yang merangsang “differential rate system”, yang menghasil kan turunnya biaya dan meningkatnya produktivitas, mutu, pendapatan pekerja dan semangat kerja karyawan.

Filsafat dibelakang konsep Taylor terletak diatas 4 prinsip yang dikenal dengan “Empat prinsip dasar Taylor” yaitu :

a. Pengembangan Manajemen Ilmiah yang benar dapat di gunakan untuk menentukan metode terbaik untuk menjalankan setiap tugas.

b. Seleksi karyawan dengan cara ilmiah, karyawan diberi tanggung jawab atas tugas yang sesuai dengan keterampilannya.

c. Pendidikan dan pengembangan karyawan dengan cara ilmiah.

d. Hubungan kerjasama yang erat antara Manajemen dan Karyawan.

Untuk menerapkan keempat prinsip ini, Taylor mensyaratkan perlunya satu revolusi mental dikalangan manajer dan karyawan.

Prinsip-prinsip dasar yang menurut dia mendasari pendekatan manajemen ilmiah adalah :

a. Menggantikan cara yang asal-asalan dengan ilmu (pengetahuan yang sistematis).

b. Mengusahakan keharmonisan dalam gerakan kelompok dan bukannya perpecahan.

c. Mencapai kerjasama manusia dan bukanlah individualisme yang kacau.

d. Bekerja untuk keluaran yang maksimum dan bukan keluaran yang terbatas.

e. Mengembangkan semua karyawan sampai taraf yang setinggi-tingginya, untuk kesejahteraan maksimum mereka sendiri dan perusahaan mereka.

Pengikut Taylor yang menonjol adalah : Carl George Borth, Henry L Gantt, Frank & Lilian Gilbreth dan Edwar A. Filane.

2) Henry L. Gantt (1861-1919)

Gantt mempertimbangkan kembali system perangsang Taylor, dengan memperkenalkan system bonus harian dan bonus ekstra untuk para mandor. Setiap pekerja yang dapat menyelesailan tugas yang dibebankan kepadanya dalam sehari berhak menerima bonus.

Dia juga memperkenalkan system “Charting” yang terkenal dengan “Gantt Chart” yang memuat jadwal kegiatan produksi karyawan supaya tidak terjadi pemborosan.

Setiap kemajuan karyawan dicatat pada kartu pribadi, untuk menilai pekerjaan mereka.

Gantt menekankan pentingnya mengembankan minat timbal balik antara manajemen dan karyawan, yaitu kerjasama yang harmonis. Dia menggaris bawahi pentingnya mengajarkan, mengembangkan pengertian tentang sistem pada pihak karyawan dan manajemen, serta perlunya penghargaan bahwa “dalam segala masalah manajemen unsur manusia yang paling penting”.

Gantt paling terkenal karena mengembangkan metode grafis dalam menggambarkan rencana-rencana dan memungkinkan adanya pengendalian manajerial yang lebih baik. Dia juga menekankan pentingnya waktu maupun biaya dalam merencanakan dan mengendalikan pekerjaan. Hal ini menghasil kan


terciptanya “Gantt Chart” yang terkenal itu. Skema itu merupakan pelopor teknikl-teknik modern seperti PERT (Program Evaluation and Review Technique).

3) The Gilbreths (Frank B. Gilbreth : 1868-1924 dan Lilian Gilbreth : 1878-1972).

Pasangan suami istri ini bekerjasama mempelajari aspek kelelahan dan gerak (fatique and motion studies). Disamping itu Lilian juga tertarik dengan usaha membantu pekerja, menurut Lilian, sasaran akhir manajemen ilmiah adalah usaha membantu karyawan menampilkan kemampuannya yang penuh sebagai mahluk manusia.

Konsep Gilbreth : Gerakan dan kelelahan saling berkaitan. Setiap langkah yang dapat menghasilkan gerak dapat mengurangi kelelahan, hal ini dapat meningkatkan semangat karyawan.

Pasangan ini juga terkenal dengan konsep “Three position plan of promotion” (Rencana tiga kedudukan untuk suatu promosi), Menurut konsep ini setiap karyawan memiliki tiga peran yaitu sebagai pelaku, pelajar dan pelatih yang senantiasa mencari kesempatan baru. Pada saat yang sama karyawan melakukan pekerjaan saat ini, ia juga mempersiapkan diri untuk jabatan yang lebih tinggi dan sekaligus melatih penggantinya (be a doer, a learner and teacher).

Perhatian Lilian Gilbreth tertuju pada aspek manusia dari kerja dan perhatian suaminya pada efisiensi yaitu usaha untuk menemukan cara satu-satunya yang terbaik dalam melaksana kan tugas tertentu. Dalam menerapkan prinsip-prinsip manajemen ilmiah, harus memandang para karyawan dan mengerti kepribadian serta kebutuhan mereka. Ketidak puasan diantara pekerja karena kurang perhatian dari pihak manajemen terhadap pekerja.

Banyak manfaat dan jasa yang diberikan oleh Manajemen Ilmiah, namun satu hal yang dilupakan oleh manajemen ini, yaitu kebutuhan social manusia dalam berkelompok, karena terlalu mengutamakan keuntungan dan kebutuhan ekonomis dan fisik perusahaan dan karyawan. Aliran ini melupakan kepuasan pekerjaan karyawan sebagai manusia biasa.

Sumbangan Teori Manajemen Ilmiah

1) Metode-metode yang dikembangkan dapat diterapkan pada berbagai kegiatan organisasi.


2) Teknik-teknik efisiensi (studi gerak dan waktu) telah menyadar kan para manajer bahwa gerak fisik dan alat yang diguna kan dalam menjalankan tugas dapat menjadi efisien.

3) Penekanan pada seleksi dan pengembangan karyawan dengan cara ilmiah menunjukan pentingnya kemampuan dan faktor pelatihan dalam meningkatkan efektivitas kerja seorang karyawan.

4) Manajemen ilmiah yang menekankan pentingnya rancangan kerja mendorong manajer mencari cara terbaik untuk pelaksanaan tugas.

5) Manajemen ilmiah tidak hanya mengembangkan pendekat an rasional dalam memecahkan masalah organisasi, tetapi lebih dari itu manajemen ilmiah menunjukan jalan kearah profesionalisasi manajemen.

Keterbatasan Teori Manajemen Ilmiah

1) Peningkatan produksi tidak disertai dengan peningkatan pendapatan.

2) Upah yang tinggi dan kondisi kerja yang baik bukan hanya disebabkan oleh peningkatan laba perusahaan.

3) Hubungan manajemen dan karyawan tetap jauh.

4) Memandang manusia sebagai sesuatu yang rasional, yang hanya dapat dimotivasi dengan pemuasan kebutuhan ekonomi dan fisik. Aliran ini tidak memandang kebutuhan sosial karyawan. Dengan kata lain, aliran ini mengabaikan frustasi dan ketegangan yang akan dialami karyawan apabila mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan social mereka.

5) Mengabaikan kebutuhan manusia untuk mendapatkan kepuasan dari hasil kerjanya.

CLASSICAL ORGANIZATION THEORY (TEORI ORGANISASI KLASIK)

1) Henry Fayol (1841-1925)

Pada tahun 1916, Fayol menyusun buku yang berjudul “Administration Industrielle et Generalle” dan dalam banhasa Inggris “General and Industrial Management, terkenal dengan teori manajemen klasiknya yang tidak hanya memperhatikan produktivitas pabrik dan karyawan saja, tetapi dia memperhati kan manajemen bagi suatu organisasi yang kompleks, sehingga dia mampu menampilkan satu ajaran manajemen yang lebih utuh sebagai satu bentuk cetak biru. Fayol yakin keberhasilan para manajer tidak ditentukan oleh mutu pribadinya, tetapi oleh karena adanya peramalan yang ilmiah dan penggunaan metode manajemen yang tepat. Sumbangan terbesar dari Fayol adalah pandangannya yang menyatakan bahwa manajemen itu bukanlah keterampilan pribadi, tetapi merupakan satu ke-terampilan yang dapat diajarkan segera setelah dipahami prinsip prinsip pokoknya dan teori umumnya yang sudah dirumus kan.

Dalam mengembangkan ilmu manajemen, Fayol membagi kegiatan dan operasi perusahaan ke dalam 6 macam yaitu :

1) Technical (Teknis), Perusahaan menghasilkan dan membuat barang-barang produksi.

2) Commercial (Perdagangan), Perusahaan membeli bahan mentah dan menjual hasil produksi.

3) Financial (Keuangan) Perusahaan mencari dan mengguna kan dana (modal) secara optimum

4) Security (Keamanan) Perusahaan menjaga keselamatan dan kekayaan perusahaan.

5) Accounting (Akuntansi termasuk statistik) Perusahaan men catat dan melaporkan biaya, laba, hutang dan penyusunan neraca serta berbagai data statistik.

6) Management (Manajerial) yang terdiri dari 5 fungsi :

a. Planning (Perencanaan) berupa penetuan langkah yang memungkinkan organisasi mencapai tujuan-tujuannya.

b. Organizing (Pengorganisasian) dalam arti mobilisasi bahan material dan sumber daya manusia guna me-laksanakan rencana.


c. Commanding (Memerintah) dengan memberi arahan kepada karyawan agar dapat menunaikan tugas pekerjaan mereka.

d. Coordinating (Pengkoordinasian) dengan memastikan sumber daya dan kegiatan organisasi berlangsung secara harmonis dalam mencapai tujuannya.

e. Controlling (Pengendalian) dengan memantau rencana untuk membuktikan apakah rencana itu sudah dilaksana kan sebagaimana mestinya.

Dari enam kegiatan diatas Fayol memberi perhatian utama pada kegiatan manajerial, yang merupakan aspek paling penting yang dibutuhkan dalam operasi perusahaan.

Selain hal-hal pokok diatas, masih terdapat beberapa ajaran Fayol lainnya, yaitu :

1) Keterampilan yang dibutuhkan oleh manajer tergantung kepada kedudukannya pada tingkatan organisasi; yang kedudukannya lebih rendah lebih membutuhkan keterampil an dan kemampuan teknis dibandingkan dengan keterampil an manajerial pada manajer tingkat atas.

2) Kemampuan dan keterampilan manajemen harus diajarkan dan dipelajari, sehingga tidak mungkin hanya diperoleh melalui praktek, timbul tenggelam, seperti orang belajar menyelam tanpa guru.

3) Kemampuan dan keterampilan manajemen dapat diterap kan pada segala bentuk dan jenis organisasi, seperti rumah tangga, pemerintah, partai, industri dan lain-lain.

4) Fayol lebih suka menggunakan konsep prinsip-prinsip manajemen dari pada hukum manajemen, karena hokum bersifat kaku, sedang prinsip lebih luwes, sehingga dapat disesuaikan pada keadaan yang dihadapi.

5) Fayol menyusun 14 macam prinsip manajemen sebagai berikut :

5.1 Division of labor (Pembagian kerja),

Semakin seseorang menjadi spesialis, maka pekerjaannya semakin efisien.

5.2 Authority and Responsibility (Wewenang dan Tanggung Jawab),

Manajer harus memberi perintah/tugas supaya orang lain dapat bekerja

5.3 Discipline (Disiplin)

Setiap anggota organisasi harus menghormati peraturan/ketentuan dalam organisasi. Kepemimpinan yang baik berperan penting bagi kepatuh an ini dan juga kesepakatan yang adil, seperti pengharga an terhadap prestasi serta penerapan sanksi hukum secara adil terhadap yang menyimpang.

5.4 Unity of Cammand (Kesatuan komando),

Setiap karyawan hanya menerima perintah kerja dari satu orang dan apabila perintah itu datangnya dari dua orang atau atasan atau lebih akan timbul pertentangan perintah dan kerancuan wewenang yang harus dipatuhi.

5.5 Unity of Direction (Kesatuan pengarahan)

Sekelompok kegiatan yang mempunyai tujuan yang sama yang harus dipimpin oleh seorang manajer dengan satu rencana kerja.

5.6 Sub Ordination of Individual interest to the common good (Pengutamaan kepentingan umum dari pada kepenting an pribadi).

Kepentingan perorangan (karyawan) dikalah kan terhadap kepentingan organisasi secara keseluruhan.

5.7 Renumeration of Personnel (Pemberian upah karyawan)

Imbalan yang adil antara karyawan dan pengusaha.

5.8 Centralization(Sentralisasi/Pemusatan)

Manajer adalah penanggung jawab terakhir dari keputusan yang diambil walaupun demikian manajer juga harus memberi wewenang yang cukup kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas (desentralisasi).

5.9 Scalar Chain (Rantai Skalar/Garis Wewenang)

Garis wewenang yang tersusun dari tingkat atas sampai ke tingkat terendah seperti tergambar pada bagan organisasi.

5.10 Order (Tata Tertib)

Tertibnya penempatan barang dan orang pada tempat dan waktu yang tepat.

5.11 Equity (Keadilan),


Sikap persaudaraan keadilan (keakraban) para manajer terhadap bawahan nya.

5.12 Stability of Penure of Personnel (Kestabilan Staff)

Tidak banyak pergantian karyawan yang keluar masuk organisasi(stabil). Mutasi karyawan yang terlalu tinggi menunju kan tidak efisiennya suatu organisasi.

5.13 Initiative (Inisiatif),

Memberi kebebasan kepada bawahan untuk berprakarsa dalam menyelesai kan pekerjaannya walaupun akan terjadi kesalahan-kesalahan.

5.14 Esprit de Corps (Semangat Kelompok)

Meningkatkan semangat berkelompok dan bersatu seperti dengan lebih banyak menggunakan komunikasi langsung dari pada komunikasi formal dan tertulis.

Banyak kritik pada teori organisasi dan peranannya terhadap perilaku manajer efektif. Juga keyakinannya bahwa prinsip-prinsip manajemen itu dapat diajarkan dan dipelajari. Kritik terhadap teori ini adalah bahwa teori ini hanya sesuai untuk organisasi masa lampau yang stabil dengan lingkungan yang lebih mudah diramalkan. Teori ini terlalu berpegang kepada kewenangan formal dan sering antara satu prinsip tidak se-jalan dengan prinsip lainnya, seperti antara prinsip “Divison of Labor” dengan “Unity of Command”

2) James D. Money

Eksekutif General Motor ini, mengkatagorikan prinsip-prinsip dasar manajemen tertentu. Empat kaidah dasar yang perlu diperhati kan untuk merancang organisasi.

a. Koordinasi, syarat adanya koordinasi meliputi wewenang, saling melayani, doktrin (perumusan tujuan) dan disiplin.

b. Prinsip hirarki, proses hirarki mempunyai prinsip, prospek dan pengaruh sendiri yang tercermin dari kepemimpinan, delegasi dan definisi fungsional.

c. Prinsip fungsional, adanya fungsionalisme tugas yang berbeda.

d. Prinsip staf, kejelasan perbedaan antara staff dan lini.

3) Max Weber (1864-1920)

Pakar Ilmu Sosial Jerman yang pengaruhnya dikenal pada sosiologi modern dan sejarah gagasan. Dia memperoleh pendidikan di Universitas Hiedelberg, gelar ahli hokum dan doktor ekonomi diraihnya di Universitas Berlin. Menurut pandangannya peradaban barat ditandai oleh kecenderungan orang Erofa untuk menyukai organisasi, rasionalisasi dan birokrasi baik dalam bidang Pemerintah an, Politik Praktis maupun LSM.

Max Weber mengembangkan teori “Manajemen Birokrasi”. Ia menekankan pada kebutuhan akan penetapan hierarki yang sempurna ditentukan oleh penetapan peraturan dan garis wewenang yang jelas.

Periode manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik dilanjut kan oleh periode peralihan. Periode peralihan ini sebagai jembatan antara teori organisasi klasik dan human behavior, karena pemikiran mereka berdasarkan klasik, tetapi mem perkenalkan unsur baru tentang aspek-aspek hubungan manusiawi. Periode peralihan ini diwakili antara lain oleh 3 (tiga) orang tokoh manajemen yaitu :


4) Mary Parker Follett (1868-1933)

Follett, ahli ilmu pengetahuan sosial pertama yang menerapkan psikologi pada perusahaan, industri dan pemerintah. Dia menulis panjang lebar tentang kreatifitas, kerjasama antar manajer dan bawahan, koordinasi dan pemecahan konflik. Dia percaya bahwa konflik dapat dibuat konstruktif dengan penggunaan proses integrasi dimana orang yang terlibat mencari pemecahan bersama perbedaan-perbedaan diantara mereka. Dia meng anjurkan suatu pola organisasi yang ideal dimana manajer mencapai koordinasi melalui komunikasi yang terkendali dengan para karyawan.

Follett, percaya dengan hubungan yang harmonis antara karyawan dan manajmen berdasarkan persamaan tujuan, namun tidak sepenuhnya benar untuk memisahkan atasan sebagai pemberi perintah dengan bawahan sebagai penerima perintah. Dia juga menganjurkan kedudukan kepemimpinan dalam organisasi, bukan karena kekuasaan yang bersumber dari kewenangan formal, tapi yang berasal dari kelebihan pengetahu an dan keahlian.

5) Oliver Sheldon (1894-1951)

Sheldon, yang mengungkapkan pertama kali tentang filsafat manajemen dalam bukunya yang terbit tahun 1923, yang me nekankan tentang adanya tanggung jawab sosial dunia usaha, sehingga etika sama pentingnya dengan ekonomi dalam manajemen, dalam arti pelayanan barang dan jasa yang tepat dengan harga yang wajar kepada masyarakat. Manajemen harus memperlakukan karyawan dengan adil dan jujur. Sheldon menggabungkan nilai-nilai efisiensi manajemen ilmiah dengan etika pelayanan kepada masyarakat sesuai 3 buah prinsip yaitu :

a. Kebijakan, keadaan dan metode industri harus sejalan dengan kesejahteraan masyarakat.

b. Manajemen harus mampumenafsirkan sangsi moral tertinggi masyarakat sebagai keseluruhan yang memberi makna praktis terhadap gagasan keadilan social yang diterima tanpa prasangka oleh masyarakat.

c. Manajemen harus mengambil prakarsa guna meningkatkan standar etika yang umum dan konsep keadilan sosial.

6) Chester I. Barnard (1886-1961)

Berdasarkan pengalaman dan bacaan-bacaannya dalam sosiologi dan filsafat. Bernard merumuskan teori-teori tentang ke-hidupan organisasi. Manusia masuk organisasi karena ingin men-capai tujuan pribadinya melalui pencapaian tujuan organisasi yang tak mungkin dicapai sendiri. Tesis sentralnya adalah per-usahaan akan berjalan efisien dan hidup terus, apabila dapat menyeimbangkan pencapaian tujuan dan kebutuhan individu. Dia juga membenarkan peranan yang dimainkan oleh organisasi informal.

Bukunya yang berpengaruh berjudul “The Functions of the Executif” (1938). Analisisnya mengenai manajer sungguh-sungguh merupakan suatu pendekatan sistem sosial karena, untuk mengerti dan menganalisis fungsi-fungsi eksekutif, dia memper-hatikan tugas-tugas eksekutif yang utama dalam sistem mereka beroperasi. Dalam menentukan tugas eksekutif adalah memelihara suatu sistem usaha kerjasama dalam organisasi formal, beliau memusatkan perhatian pertama-tama pada alasan adanya sistem kerjasama itu, maupun sifat sistem tersebut. Logika analisisnya dapat dilihat dalam langkah-langkah yang disajikan dalam bukunya :

6.1 Pembatasan-pembatasan fisis dan biologis terhadap indi-vidu-individu membawa mereka kepada kerjasama, kerja dalam kelompok; meskipun pembatasan-pembatasan dasar bersifat fisis dan biologis, namun apabila mereka telah pernah bekerjasama, pembatasan-pembatasan psikologis dan sosial terhadap individu-individu juga memainkan peran dalam mendorong kerjasama.

6.2 Tindakan kerjasama mendorong terbentuknya sistem kerja-sama dimana terdapat faktor atau unsur-unsur fisis, biologis, kepribadian, dan sosial (misalnya Bernard memandang kelas dalam kuliah sebagai suatu sistem kerjasama, yang terdiri dari unsur-unsur eperti ruangan, bangku, papan tulis, manusia dan sebagai makhluk hidup, pribadi-pribadi, pertukaran pendapat, dan sebagainya). Dia juga menunjuk an bahwa kelanjutan kerjasama tergantung pada efektivitas (apakah tujuan itu dapat dicapai dengan ketidak puasan dan pengorbanan yang seminimum mungkin dari pihak anggota yang bekerjasama ?).

6.3 Setiap sistem kerjasama dapat dibagi kedalam dua bagian yakni : “organisasi”, yang hanya meliputi interaksi-interaksi dari mereka yang berada di dalam sistem itu, dan “unsur-unsur lainnya”.

6.4 Selanjutnya organisasi dapat juga dibagi ke dalam dua jenis, pertama : organisasi “formal” yaitu kumpulan interaksi sosial yang dikoordinasikan secara sengaja, dan yang mempunyai tujuan bersama. Kedua adalah organisasi “informal” yaitu interaksi-interaksi sosial tanpa tujuan bersama yang umum atau tidak dikoordinasikan secara sengaja.

6.5 Organisasi formal tidak dapat berlangsung kalau tidak ada orang-orang yang (a) dapat saling berkomunikasi, (b) mau menyumbang kepada kegiatan kelompok, dan (c) dengan sadar mempunyai tujuan umum.

6.6 Setiap organisasi formal harus mencakup unsur-unsur berikut :

(a) Sistem fungsionalisasi sehingga orang-orang dapat berspesialisasi (yaitu, bermacam-macam bentuk depar-tementasi);

(b) Sistem perangsang yang efektif dan efisien yang akan membuat orang menyumbang kepada kegiatan kelompok;

(c) Sistem kekuasaan (“otoritas”) yang akan menyebabkan anggota kelompok menerima keputusan-keputusan para eksekutif; dan

(d) Sistem pengambilan keputusan yang logis.

6.7 Jadi fungsi-fungsi eksekutif dalam organisasi formal ini adalah sebagai berikut :

(a) Peneliharaan komunikasi organisasi melalui suatu skema organisasi, ditambahkan dengan adanya orang-orang yang setia, bertanggung jawab, dan mampu bekerja, serta satu “organisasi informal” eksekutif dan rukun;

(b) Perlindungan terhadap pekerjaan pokok dari individu-individu di dalam organisasi ; dan

(c) Perumusan dan penetuan tujuan (yaitu perencanaan).

(e) Sistem pengambilan keputusan yang logis.

6.8 Fungsi-fungsi eksekutif memasuki proses melalui pekerjaan eksekutif dalam mengintegrasikan keseluruhannya dan dalam menemukan keseimbangan yang paling baik diantara kekuatan-kekuatan dan kejadian-kejadian yang berlawanan.

6.9 Untuk mengefektifkan eksekutif , diperlukan suatu tata ke-pemimpinan yang mempunyai tanggung jawab tinggi; se-bagaimana telah ditekankan dengan tepat oleh Bernard, “Kerjasamalah, dan bukannya kepemimpinan, yang men-jadi proses kreatif; tetapi kepemimpinan adalah pengecam yang sangat diperlukan terhadap kekuatan-kekuatannya”.

Sumbangan Teori Organisasi Klasik.

(1) Keterampilan manajerial dapat diterapkan pada semua jenis kelompok kegiatan, jika hal lainnya tetap.

(2) Beberapa prinsip yang mendasari perilaku manajerial yang efektif dan dapat diajarkan, memberikan hal-hal praktis yang dapat di-terapkan.


Dasar-Dasar Manajemen 29 PERKEMBANGAN TEORI MANAJEMEN

(3) Pandangan yang membuat para manajer waspada akan masalah-masalah mendasar yang mungkin mereka temui dalam setiap organisasi.

Keterbatasan Teori Organisasi Klasik

(1) Teori yang dikemukakan dipandang tidak semuanya cocok untuk masa kini.

(2) Prinsip-prinsip aliran ini hanya tepat apabila organisasi berada dalam lingkungan yang stabil dan dapat diprediksi. Padahal, dewasa ini lingkungan luar organisasi sangat sulit diramalkan dan bergerak sangat dinamis.

(3) Prinsip-prinsip aliran ini terlalu umum untuk mengatasi masalah-masalah organisasi yang semakin kompleks dewasa ini.

(4) Aliran ini tidak memberikan petunjuk dalam pengambilan keputus an tentang tentang prinsip mana yang harus dipilih sebagai patokan.

C. HUMAN BEHAVIOR (ALIRAN HUBUNAN MANUSIAWI).

Aliran perilaku muncul karena dalam pendekatan klasik, efisiensi produksi dan keserasian kerja tidak dapat dicapai. Para manajer masih menghadapi kesulitan dan frustasi karena karyawan tidak selalu mengikuti pola-pola perilaku yang rasional. Oleh karena itu dicari upaya untuk membantu manajer mengatasi masalah organisasi melalui sisi perilaku karyawan.

Aliran perilaku memandang organisasi pada hakikatnya ada lah orang. Aliran ini memandang aliran klasik kurang lengkap karena tidak mewujudkan efisiensi produksi yang sempurna dan keharmonis an di tempat kerja. Manusia dalam organisasi tidak selalu dapat dengan mudah diramalkan tingkah lakukanya, karena sering juga tidak rasional. Karena itu para manajer perlu dibantu dalam meng hadapi manusia, antara lain dengan sosiologi dan psikologi. Pelopor aliran perilaku ada 2 (dua) orang yaitu Hugo Munsterberg dan Elton Mayo.

1) Hugo Munsterberg (1863-1916)

Munsterberg yang melahirkan Psikologi Industri, sering disebut sebagai Bapak Psikologi Industri.

Sumbangan yang penting adalah berupa pemanfaatan psikologi untuk mewujudkan untuk mewujudkan tujuan-tujuan pro duktivitas seperti juga teori-teori manajemen lainnya. Penerapan faktor-faktor psikologi dalam membantu peningkatan produksi. Melalui bukunya dengan judul “Psychology and Industrial Efficien- sy”, Munsterberg menyarankan 3 (tiga) cara untuk meningkatkan produktivitas yaitu :

(1) Mendapatkan orang/karyawan terbaik(best possible person), yang paling sesuai/cocok dengan pekerjaan yang akan dikerjakan.

(2) Menciptakan kondisi kerja yang terbaik (best possible work), yang memenuhi syarat-syarat psikologis untuk memaksimal kan produktivitas.

(3) Menggunakan pengaruh psikologis guna memperoleh dampak yang paling tepat dalam memotiovasi karyawan (best possible effect).


2) Elton Mayo (1880-1949)

Ia terkenal dengan eksperimen tentang perilaku manusia dalam situasi kerja. Eksperimen ini disimpulkan bahwa perhatian khusus dapat menyebabkan seseorang meningkatkan usahanya.

Gejala ini disebut Hawrthorne effect yaitu karyawan akan lebih giat bekerja jika mereka yakin bahwa manajemen memikir kan kesejahteraan mereka. Hasil percobaan Mayo dengan Roethlisberger dan Dickson ialah rangsangan uang tidak menyebab kan membaiknya produktivitas. Yang justru mempu meningkatkan produktivitas itu adalah satu sikap yang dimiliki karyawan yang mera-sa manajer dan atasanya memberi kan perhatian yang cukup terhadap kesejahteraan mereka.

Selain itu juga ditemukan pengaruh kehidupan lingkungan sosial dalam kelompok yang lebih informal lebih besar pengaruh nya terhadap produktivitas. Karena itu, Mayo yakin terhadap konsepsinya yang terkenal dengan “social man” yang dimotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan sosial dalam hubungan-hubungan yang lebih efektif daripada pengawasan dan pengendalian ma- najemen dalam arti konsep “social man” (manusia sosial/manusia dapat dimotivasi dengan pemenuhan kebutuhan sosial melalui hubungan kerja), dapat menggantikan konsep “rational man” (manusia rasional/manusia hanya dapat di motivasi dengan pemenuhan kebutuhan ekonomis). Konsep rational man yang di dorong semata-mata oleh kebutuhan ekonomis pribadi yang terkenal dengan julukan “rational economic man”.

Istilah terkenal yang tadinya diutarakan oleh Robert Owen yaitu “vital machines” menemukan bentuk dan peluang barunya dengan munculnya konsep “social man” dari Mayo. Dalam pen-didikan dan latihan bagi para manajer terasa semakin pentingnya “people management skills” dari pada “engineering atau technical skills”. Konsep dinamika kelompok semakin penting dalam praktek manajemen dari pada manajemen atas dasar kemampuan pekerja secara perseorangan.


Kelemahan temuan Mayo ditunjukan oleh orang-orang yang beranggapan kepuasan karyawan bersifat kompleks, karena selain ditentukan oleh lingkungan sosial, juga oleh faktor-faktor lain seperti tingkat gaji, menarik tidaknya pekerjaan, struktur dan kultur organi-sasi, hubungan karyawan manajemen dan lain-lain. Menghadapi keterbatasan gerakan hubungan manusiawi ini, muncul pemikir-pemikir lain yang juga tergolong aliran perilaku yang lebih maju.

Sumbangan Aliran Hubungan Manusiawi (Human Behavior).

Aliran hubungan manusiawi menyadarkan pentingnya ke-butuhan sosial. Dengan demikian aliran ini menyeimbangkan konsep lama yang menekankan ekonomi/rasionalitas manusia. Suasana kerja menjadi lebih baik dibandingkan sebelumnya. Pelatihan-pelatihan yang kemudian banyak yang memfokuskan pada upaya memperbaiki hubungan kerja antar manajer dengan karyawan. Aliran ini mempelopori studi baru dalam bidang dinamika kelompok, dimana perhatian ditunjukan tidak hanya pada individu, tetapi juga pada proses dan dinamika kelompok.

Keterbatasan Aliran Perilaku/Human Behavior/Behavior School

Meskipun demikian ada beberapa keterbatasan teori ini. Disain, metoda dan analisis penelitian yang dilakukan oleh Mayo sampai saat ini masih menjadi kontaversi. Konsep manusia sosial yang dikembangkan ternyata tidak menjelaskan sepenuhnya perilaku manusia. Usaha perbaikan-perbaikan kondisi kerja ternyata tidak mampu menaikan prestasi kerja. Sebagai contoh, perbaikan kondisi kerja disuatu perkebunan, tidak menaikan prestasi kerja, malah cenderung menurunkan prestasi kerja karena pekerja cenderung menjadi lebih santai dalam kerja. Tidak ada tekanan untuk bekerja keras seperti sebelumnya.

Tentunya ada faktor lain, selain faktor sosial, yang mendorong prestasi kerja. Faktor ekonomi (gaji), kemampuan kerja karyawan, budaya dan struktur organisasi, dan banyak faktor lain mempengaruhi prestasi kerja karyawan. Aliran hubungan manusia belum mampu melakukan prediksi perilaku manusia dengan akurat. Suatu hal yang dapat dimengerti karena faktor sosial merupakan hasil emosi manusia yang lebih sulit diukur. Contoh lain, kepuasan kerja sering dikatakan sebagai pendorong prestasi kerja. Tetapi hubungan tersebut diragukan bahkan logika sebaliknya tampaknya lebih kuat : prestasi kerja akan menyebabkan kepuasan kerja.

D. MANAGEMENT SCIENCE SCHOOL (ALIRAN ILMU MANAJEMEN).

Masa manajemen modern berkembang melalui dua jalur yang berbeda. Jalur pertama merupakan pengembangan aliran perilaku (perilaku organisasi) dan yang lain dibangun atas dasar manajemen ilmiah (aliran kuantitatif) atau operation reserch dan management science.

ALIRAN PERILAKU ORGANISASI

Pendekatan manusia mempelopori tumbuhnya pendekatan baru yang lebih sering dikenal sebagai pendekatan/aliran perilaku.

Dengan menggunakan ilmu-ilmu sosial seperti Sosiologi, Psikologi, dan Antropologi dan dengan metoda penelitian yang lebih sempurna, para peneliti ini lebih terkenal sebagai “behavioral scientists” dari pada “human relations theorists”. Diantaranya yang terkenal adalah Argyris, Maslow dan Mc. Gregor yang lebih meng- utamakan “self actualizing man” dari pada hanya sekedar “social man” dalam memberi dorongan kepada karyawan. Teori Mayo kemudian ditingkatkan lagi oleh aliran yang lebih maju lagi, yaitu manusia tidak hanya didorong oleh berbagai kebutuhan yang seringkali cukup aneh yang dikenal dengan konsep “complex-man”. Karena tidak ada dua orang yang persis sama, maka seorang manajer yang efektif akan berusaha mempelajari kebutuhan-kebutuhan setiap individu agar dapat mempengaruhi individu tersebut.


Dasar-Dasar Manajemen 32 PERKEMBANGAN TEORI MANAJEMEN

Selain beberapa nama diatas, tokoh-tokoh aliran perilaku organisasi ini adalahs sebagai berikut :

1. ABRAHAM MASLOW

Maslow (1908-1970) seorang psikolog humanistis, dari USA memperkenalkan teori aktualisasi diri dengan menandaskan bahwa tujuan utama psikoterapi adalah membangun integritas seseorang. Dia belajar psikologi di Universitas Wisconsin dan memperdalam Psikologi Gestait di Sekolah Penelitian Sosial, New York tahun 1951, mengepalai Departemen Psikologi Universitas Brandeis, Waltham, Massachusetts.

Mengemukakan adanya hierarki kebutuhan dalam penjelasan nya tentang perilaku manusia dan dinamika proses motivasi.

Tingkatan Kebutuhan manusia menurut Maslow sebagai berikut :

(1) Kebutuhan Fisologis, hampir semua kebutuhan dasar manusia kebutuhan akan pemelioharaan biologis, makan, minum dan kesejahteraan fisik.

(2) Kebutuhan Keamanan, kebutuhan akan perlidungan dan kepastian dalam kehidupan sehari-hari.

(3) Kebutuhan Sosial, kebutuhan akan kasih sayang, rasa memiliki dalam hubungan dengan orang lain.

(4) Kebutuhan Harga Diri secara Penuh, kebutuhan akan harga diri dimata orang lain, penghormatan, prestise, harga diri, kemampuan diri dan dianggap ahli.

(5) Kebutuhan Aktualisasi Diri, tingkat kebutuhan yang paling tinggi, kebutuhan akan “self fulfilment” berkembang dan menggunakan kemampuannya.

2. DOUGLAS MC. GREGOR

Dikenal dengan teori X dan teori Y-nya.

Teori X berasumsi bahwa Karyawan

Teori Y berasumsi bahwa Karyawan

Tidak suka bekerja

Suka bekerja

Tidak membuat ambisi

Mampu mengendalikan diri

Tidak bertanggung jawab

Menyukai tanggung jawab

Enggan untuk berubah

Penuh imajinasi dan kreasi

Lebih suka dipimpin dari pada memimpin

Mampu mengarahkan dirinya sendiri

3.FREDRICK HEZBERG

Menguraikan teori motivasi higienis atau teori dua faktor.

4. ROBERT BLAKE & JANE MOUTON

Membahas lima Gaya Kepemimpinan dengan kisi-kisi manajerial (managerial grid).


5. RENSIS LINKERT

Mengidentifikasi dan melakukan penelitian secara intensif mengenai empat sistem : 1. exploatif-otoritatif sampai, 4. partisipatif kelompok.

6. FRED FIEDLER

Menyarankan pendekatan kontingensi pada studi kepemimpinan

7. CHRIS ARGYRIS

Memandang organisasi sebagai sistem sosial atau sistem antar hubungan budaya.

8. EDGAR SCHIEN

Banyak meneliti dinamika kelompok dalam organisasi dan lain nya.

Prinsip Dasar Perilaku Organisasi :

(1) Manajemen tidak dapat dipandang sebagai suatu proses teknik secara ketat (peranan, prosedur dan prinsip).

(2) Manajemen harus sistematik dan pendekatan yang digunakan harus dengan pertimbangan secara hati-hati.

(3) Organisasi sebagai suatu keseluruhan dan pendekatan manajer individual untuk pengawasan harus sesuai dengan situasi.

(4) Pendekatan motivasional yang menghasilkan komitmen pekerja terhadap tujuan organisasi sangat dibutuhkan.

Beberapa gagasan yang lebih khusus dari berbagai riset perilaku :

(1) Unsur manusia adalah faktor kunci penentu sukses atau kegagal an pencapaian tujuan organisasi.

(2) Manajer masa kini harus diberi latihan dalam pemahaman prinsip-prinsip dan konsep-konsep manajemen.

(3) Organisasi harus menyediakan iklim yang mendatangkan kesempatan bagi karyawan untuk memuaskan seluruh kebutuh an mereka.

(4) Komitmen dapat dikembangkan melalui partisipasi dan keterlibat an para karyawan.

(5) Pekerjaan setiap karyawan harus disusun yang memungkinkan mereka mencapai kepuasan diri dari pekerjaan tersebut.

(6) Pola-pola pengawasan dan manajemen pengawasan harus dibangun atas dasar pengertian positif yang menyeluruh mengenai karyawan dan reaksi mereka terhadap pekerjaan.

Sumbangan Aliran Perilaku Organisasi

Sumbangan para ilmuwan perilaku ini terlihat dalam pe-ningkatan pemahaman terhadap motivasi perseorangan, perilaku kelompok, hubungan antara pribadi dalam kerja dan pentingnya kerja bagi manusia. Semua hal ini telah membuat para manajer semakin peka dan terampil dalam menangani dan berhubungan dengan bawahannya. Bahkan kemudian muncul berbagai konsep yang lebih maju lagi seperti kepemimpinan, penyelesaian perselisih an, cara mendapatkan dan memanfaatkan kekuasaan, perubahan organisasi dan konsep komunikasi.

Keterbatasan Aliran Perilaku Organisasi

Meskipun demikian, banyak ahli berpendapat potensi teori ini belum dikembangkan lebih lanjut. Selain itu juga banyak kritikan terhadap aliran ini, karena disamping terlalu umum, terlalu abstrak dan ruwet/rumit.

Teori tersebut juga cukup kompleks untuk manajer. Rekomen- dasi mereka sering berbeda satu ahli dengan ahli lainnya, sehingga manajer mengalami kesulitan menentukan pendapat yang paling baik.


ALIRAN KUANTITATIF (RISET OPERASI DAN MANAJEMENN SAINS).

Aliran kuantitatif untuk manajemen mulai berkembang sejak Perang Dunia II. Pada waktu itu Inggris ingin memecahkan beberapa persoalan yang sangat kompleks dalam perang. Inggris kemudian membentuk Team Riset Operasi (Reserch Operation), dipimpin oleh P.M.S Blackett. Team ini terdiri dari ahli matematika, fisika, dan ilmuwan lainnya. Inggris berhasil menemukan terobosan-terobosan penting dari team tersebut. Amerika Serikat kemudian meniru, membentuk team riset operasi seperti yang dibentuk Inggris. Komputer digunakan untuk menghitung model-modek matematika yang dikembangkan.

Ketika perang selesai, model-model dari riset operasi tersebut kemudian diaplikasikan ke Industri. Industri juga mengalami per-kembangan pesat dengan persoalan-persoalan yang semakin kompleks. Persoalan tersebut tidak dapat lagi dipecahkan dengan metode-metode konvensional. Model riset operasi diperlukan dalam hal ini. Beberapa model riset operasi : CPM (Critical Path Method) yang digunakan untuk merencanakan proyek, teori antrian untuk memecahkan persoalan antrian.

Manajemen operasi merupakan variasi lain dari pendekatan kuantitatif. Pendekatan ini lebih sederhana dan dapat diaplikasikan langsung pada situasi manajemen. Beberapa contoh model manajemen operasi adalah : pengendalian persediaan seperti EOQ (Economic Order Quantity), simulasi, analisis break-even, programasi lenier (linear programming). Manajemen operasi sering dianggap sebagai aplikasi dari riset operasi.

Sumbangan Aliran Kuantitatif (Riset Operasi/Manajemen Sains)

Pendekatan kuantitatif memberikan sumbangan penting terutama dalam perencanaan dan pengendalian. Model-model yang dikembangkan sangat sesuai untuk fungsi tersebut. Sebagai contoh, model CPM bermanfaat untuk perencanaan dan pengen dalian proyek. Pendekatan tersebut juga membantu memahami persoalan manajemen yang kompleks. Dengan menggunakan model matematika, persoalan yang kompleks dapat disederhana kan menjadi model matematika. Meskipun nampaknya model matematika dengan formula-formula yang sulit dimengerti sangat kompleks, tetapi model tersebut bermaksud menyederhanakan dunia nyata yang sangat kompleks. Dengan model matematika, faktor-faktor yang penting dapat dilihat dan diberi perhatian ekstra.

Keterbatasan Aliran Kuantitatif (Riset Operasi/Manajemen Sains)

Sayangnya model kuantitatif banyak menggunakan model atau simbol yang sulit dimengerti oleh kebanyakan orang, termasuk manajer. Pendekatan kuantitatif juga tidak melihat persoalan peri laku dan psikologi manusia dalam organisasi. Meskipun demikian potensi model kuantitatif belum dikembangkan sepenuhnya. Apabila dapat dikembangkan lebih lanjut pendekatan kuantitatif akan memberikan sumbangan yang lebih berarti.

E. PENDEKATAN MANAJEMEN (MANAJEMEN KONTEMPORER)

Beberapa aliran manajemen telah dibicarakan dimuka, di-mana pendekatan-pendekatan dalam masing-masing aliran ter-sebut telah mengalami perkembangan. Adanya beberapa per kembangan yang cenderung mengintegrasikan pendekatan-pendekatan sebelumnya, menjadikan batas-batas pendekatan yang telah dibicarakan menjadi titik jelas. Namun demikian ada pendekatan yang tetap berakar pada pendekatan-pendekatan ter tentu. Bagian berikut ini akan membicarakan pendekatan baru dalam manajemen.

1. SYSTEM APPROACH (PENDEKATAN SISTEM)


Sistem dapat diartikan sebagai gabungan sub-sub sistem yang saling berkaitan. Organisasi sebagai suatu sistem akan di pandang secara keseluruhan, terdiri dari bagian-bagian yang ber kaitan (sub-sistem), dan sistem/organisasi tersebut akan berinteraksi dengan lingkungan. Pandangan yang menyeluruh semacam itu akan lebih bermanfaat dibanding dengan pandangan terisolasi.

Sumber : sulistining.staff.gunadarma.ac.id

No comments:

Post a Comment