BEBERAPA PROSES YANG TERDAPAT DALAM KOMUNIKASI
Penulis : IDA YUSTINA
Bagian Administrasi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyrakat
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi telah menjadi suatu bidang yang amat luas cakupannya. Hampir semua aktivitas manusia tidak terlepas dari komunikasi dalam berbagai cara apakah itu secara verbal, tulisan, gestural, dan bentuk komunikasi lainnya. Sebagai suatu proses, komunikasi mempunyai asumsi dasar bahwa dengan berkomunikasi, seseorang depat ditingkatkan kemampuan dasarnya untuk kemudia dapat mengatasi segala persoalan komunikasi yang dihadapinya. Aristotle mendefinisikan bahwa tujuan rhetoric (komunikasi) adalah persuasi. Perkembangan ilmu psikologi pada akhir abad 18 mempengaruhi tujuan rhetoric ini menjadi tiga, yakni :
1) Informatif
2) persuasif
3) entertainment
Namun konsep ini dikritik oleh kelompok behaviorists yang mengatakan bahwa semua penggunaan bahasa mengandung unsur persuasif. Mereka juga pendapat bahwa tujuan komunikasl bukan berorientasi pada behavior, tetapi pada message pesan. Dalam kaitan ini Berlo menyusun empat kriteria yang menjadi tujuan komunikasi, yaitu :
1) tidak ada pertentangan,
2) berorientasi pada tingkah laku manusia
3) dapat dihubungkan dengan dengan perilaku komunikasi yang ada dalam masyarakat
4) konsisten dengan cara-cara berkomunikasi masyarakat.
Menurut Berlo ada ukuran tujuan komunikasi (Dim ension of Purpose), yakni:
A. Kepada "Siapa" Seseorang Melakukan Komunikasi. Dalam hal ini harus dibedakan antara sasaran yang dituju (Intended receiver) dengan sasaran yang bukan dituju (unitended receiver). Dalam berkomunikasi paling sedikit terdapat dua keinginan bereaksi :
1) oleh si pembuat pesan (source) dan
2) oleh si penerima pesan (receiver).
B. Bagaimana Seseorang Melakukan Komunikasi. Tujuan komunikasi dapat diletakan di sepanjang ukuran continum, yang menunjukkan apakah tujuan itu segera diperoleh (consum story purpose) atau tertunda (Instrumental purpose). Schramm menyebutnya sebagai "lmmediate reward" dan "delayed reward". Komunikasi Sebagai Proses Proses adalah "segala gejala yang mengalami perubahan secara terus- menerus"atau "segala kejadian yang berlangsung terus-menerus". Dalam menganalisa komunikasi sebagai suatu proses, harus dilihat terlebih dahulu unsur-unsur yang menyebabkan terjadinya sebuah komunikasi, seperti siapa yang berkomunikasi, mengapa dia berkomunikasi, dan kepada siapa komunikasi itu ditujukan. Kita juga harus melihat perilaku komunikasi yang terjadi: pesan yang dihasilkan, apa yang cara dilakukan orang untuk berkomunikasi, bagaimana orang mengkemas pesan-pesannya, saluran yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan kepada pendengar atau pembacanya.
Dalam Rhetoric, Aristotle mengotakan bahwa ada tiga unsur komunikasi yang penting, yakni: pembaca, pidato, dan pendengar. Shannon-Weaver mengembangkan model komunikasi melalui alat eletronik yakni meliputi: © 2004 Digitized by USU digital library 1
1).sumber,
2) penghubung,
3) sinyal,
4) penerima dengan tujuan.
Model-model proses komunikasi lainnya dikembangkan oleh Schram M.Westleg dan Mac Lean, Fearing, Johnson dan lainya. Model Komunikasi Serlo membuat model komunikasl melalui unsur-unsur:
1). sumber komunikasi,
2) alat penyampai pesan,
3) pesan,
4) media atau saluran yang digunakan,
5) alat penerima pesan
6) penerima komunikasi.
Unsur-unsur di alas sangat penting dalam komunikasi, terlepas apakah kita berbicara tentang komunikasi seseorang, dua orang atau sebuah kerjasama International. Unsur-unsur tersebut tidak dapat berdiri sendiri karena merupakan sebuah proses. Semua unsur itu mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Dalam komunikasl, sumber dan penerima harus dalam sistem yang sama. Jika tidak, komunikasi tidak akan terjadi. Ketepatan Komunikasi Dalam membahas ketepatan komunikasi eletronik, Shannon den Weaver memperkenalkan konsep "noise" yang diartikan mereka sebagai faktor-fektor yang mengganggu kualitas sebuah signal.
Merujuk konsep tersebut, Berlo mendefinisikan "noise" dalam proses komunikasi sebagai faktor-faktor dalam unsur-unsur komunikasi yang dapat mengurangi keefektifan komunikasi. Menurut Berlo, "noise" dan "fidelty" merupakan dua sisi dari mata uang yang sama. Mengurangl "noise" (keributan) berarti meningkatkan "fidelity" (ketepatan), demikian sebaliknya.
Adapun faktor–faktor yang menentukan efektif tidaknya komunikasi tersebut meliputi :
1. The Source-Encoder. Dalam hal ini terdapat empat faktor yang meleket dalam diri sumber, yang dapat meningkatkan ketepatan komunikasi, yakni
a). keterampilan berkomunikasi
b). sikap mental
c). tingkat pengetahuan dan
d). posisinya dalam sistem sosial kultural.
Tingkat keterampilan berkomunikasi sumber menentukan ketepatan komunikasi dalam dua cara. Pertama, mempengaruhi kemampuan dalam berbicara, dan yang kedua mempengaruhi kemampuan menyampaikan pessn seperti yang kita maksudkan. Mengenai sikap mental, ada tiga tipe sikap sumber yang dapat mempengaruhi proses komunikasi, yakni terhadap:
a). diri sumber sendiri
b).Subject matterdan
d) terhadap penerima pesan (receiver).
Tingkat pengetahuan sumber juga akan menentukan seberapa jauh dia memahami sikap mentalnya sendiri, kerakteristik receiver, dengan cara bagaimana dia menyampaikan pesannya, jenis-jenis saluran yang dipilihnya, dan sebagainya. Faktor yang keempat adalah sistem sosial budaya yang melatar belakangi sumber. Faktor ini sangat mempengaruhi perilaku komunikail sumber.
2. The Decoder-Receiver. Pada prinsipnya, faktor-faktor yang melekat dalam diri penerima pesan sama dengan sumber. Dengan kata lain, receiver juga harus mempunyai keterampilan berkomunikasi, sehingga dapat menerima pesan. Begitu pula dengan sikap mental, tingkat pengetahuan dan sistem sosial budaya receiver, mempengaruhinya dalam menerima pesan yang disampaikan sumber.
3. Pesan.
Ada tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam pesan:
1). Kode pesan,
2). Isi pesan,
3). Perlakuan terhadap pesan.
Kode pesan adalah setiap kelompok simbol yang dapat disusun sedemikian rupa, yang mempunyai arti bagi sebagian orang. Isi pesan dapat didefinisikan sebagai meteri yang dipilih sumber untuk menyampaikan tujuannya. Sedangkan perlakuan terhadap pesan adalah keputusan-keputusan yang diambil sumber dalam memilih dan menyusun kode isi pesan.
4. Saluran Faktor ini menyangkut cara-cara penyampaian dan penerimaan pesan, pembawa pesan (vehicle carriers) yang mempengaruhi efisiensi dan efektifnya komunikasi. Komunikasi Sebagai Proses Belajar Berbicara tentang komunikasi dalam konteks perorangan pada dasarnya berbicara tentang bagaimana orang belajar.
Dalam hal ini belajar menggunakan istilah "stimulus" den "respon". Stimulus diartikan sebagai segala kejadian yang dapat dirasakan oleh seseorang, dengan kata lain segala sesuatu yang dapat diterima orang melalui salah satu alat penginderaannya (penglihatan, pendengaran dan lainnya). Sedangkan respon diartikan sebagai reaksi seseorang terhadap stimulus, atau perilaku yang timbul karena adanya stimulus. Respon dapat dibedakan atas: respon yang terbuka (overt responses) yakni yang dapat diamati, dirasakan, dieteksi, den respon yang tertutup (covert responses). yakni respon yang terdapat di dalam diri seseorang; tidak dapat diamati, bersifat pribadi.
Belajar didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam hubungan yang stabil antara:
a). suatu stimulus yang dirasakan seseorang dan
b). respon yang dilakukan, baik tertutup maupun terbuka.
Suatu proses belajar terjadi jika seseorang:
1). Melakukan respon yang sama secara terus menerus terhadap stimulus yang berbeda,
2). Melakukan respon yang berbeda terhadap stimulus yang sama.
Proses belajar meliputi adanya stimulus (segala sesuatu yang dapat dirasakan oleh organisme). Selanjutnya, organisme harus merasakan objek yang menjadi stimulus, menginterpretasikannya, untuk selanjutnya melahirkan respon. Meskipun demikian, seseorang belum bisa dikatakan belajar hanya disebabkan dia membuat sekali atau duakan respon. Belajar terjadi jika merespon stimulus tersebut menjadi kebiasaan (habit). Untuk membentuk kebiasaan ini, belasan atas respon (reward) merupakan faktor yang mempengaruhi. Seseorang akan mengulangi responnya jika medapat balasan.
Berlo menyebut lima faktor yang dapat memperkuat kebiasaan.
Pertama, frekuensi pengulangan balasan: adanya stimulus menimbulkan respon, dan jika respon ini mendapat balasan, akan memperkuat kebiasaan.
Kedua, mengisolasi hubungan S (stimulus) R (Respon): organisme tldak memberikan respon yang sama terhadap stimulus yang berbeda.
Ketiga, banyaknya balasan : lebih banyak balasan, akan lebih memperkuat kebiasaan.
Keempat, selang waktu antara respon-balasan: lebih cepat sseseorang merasakan balasan responnya, lebih besar kemungkinan dirinya mempertahankan respon.
Kelima, usaha yang diperlukan untuk merespon: respon yang dapat dilakukan dengan mudah akan lebih bertahan dibanding respon yang sulit untuk dilakukan.
Komunikasi dan belajar : Proses yang Memiliki Kesamaan. Komunikasi dan belajar mempunyai unsur-unsur yang sama dengan unsur-unsur yang dimiliki belajar. Perbedaan hanya terjadi dalam memulai prosesnya. Belajar selalu dimulai dengan mempersepsikan suatu stimulus (decodea message), sedangkan komunikasi dimulai tujuan sumber berkomunikasi (interpretation) .
Interaksi Dalam semua situasi komunikasi, sumber dan penerima pesan mempunyai ketergantungan satu sama lain. Tingkat ketergantungan yang paling tinggi terdapat dalam konsep dyadic, yang memperlihatkan adanya hubungan antara berbagai kejadian yang tidak dapat berdiri sendiri.
Berlo membedakan empat tingkat ketergantungan komunikasi, yakni:
Ketergantungan: 1)fisik, 2). Ketergantungan aksi-reaksi, 3). Empathy dan, 4). Interaksi.
1. Ketergantungan fisik (Definitional-Physical interdependence). Pada tingkatan ini, sumber dan penerimaan berada dalam ketergantungan yang bersifat fisik. Meskipun terjadi komunikasi, namun antara sumber dan penerimaan tidak bereaksi terhadap masing-masing pesan.
2. Ketergantungan Aksi-Reaksi (Action-Reaction Interdependence). Komunikasi umumnya meliputi tingkat ketergantungan ini. Aksi dari sumber mempengaruhi reaksi penerima; reaksi dari penerima kemudian mempengaruhi reaksi sumber lagi dan seterusnya. Dalam hal ini antara sumber dan penerima dapat menggunakan reaksi masing-masing. Reaksi yang merupakan umpan balik tersebut digunakan sumber ataupun penerima untuk memeriksa, menentukan bagaimana sebaiknya mereka menyempurnakan tujuannya. Jika umpan balik dimaksud mendapat balasan dengan balk, maka sumber/penerima akan meneruskan cara-caranya yang sama. Namun jika tidak, sumber/penerima akan mengganti pesan mereka dengan cara-cara yang lain.
3. Empathy. Komunikasi urnumnya meliputi gambaran tentang tanggapan atas pesan yang disampaikan. Dalam hal ini terdapat harapan yang digunakan dalam mengkode, menerima code, dan merespon pesan. Harapan yang diberikan pihak-pihak yang berkomunikasi dipengaruhi oleh keterampilan komunikasi, sikap, pengetahuan dan sistem sosial kultural. Untuk mengetahui harapan penerima pesan, kita harus mempunyai keterampilan yang dalam ilmu psikologi disebut empathy, yakni kemampuan untuk memproyeksikan diri kita kepada kepribadian orang lain. Sehubungan ini ada dua teori empathy:
1). Inference Theory of Empathy dan
2).Role-Taking Theory of Empathy.
4. Interaksi. Tingkat terakhir dari ketergantungan yang kompleks adalah interaksi, yang merupakan istilah dari proses saling berperan, perwujudan dari perilaku yang empathic. Jika dua individu membuat kesimpulan tentang masing-masing peran mereka pada saat yang sama, dan jika tingkah laku komunikasi mereka tergantung pada saling memberi peran, maka mereka berkomunikasi dengan berinteraksi satu dengan yang lain. Konsep Interaksi merupakan inti untuk memahami konsep proses komunikasi. Dalam komunikasi, kita harus mempredikasi bagaimana orang lain berperilaku.
Seperti diketahui bahwa saling memberi peran (role taking), empathy, dan interaksi digunakan sebagai alat untuk meningkatkan komunikasi yang efektif, Namun ketiga aspek tersebut paling tidak memillki dua kelemahan:
1) role taking dan interaksi dalam prosesnya memerlukan energi yang cukup besar,
2) prediksi yang emphatic memerlukan beberapa prasyarat yang terkadang tidak dapat ditemukan. Keberhasilan dalam membuat prediksi dari role taking bersandar pada asumsi:
1) kita tidak berbicara dengan banyak orang,
2) sebelumnya kita memiliki pengalaman dengan orang-orang tersebut, dengan demikian kita mempunyai dasar untuk membuat prediksi tentang mereka,
3) kita sensitif dengan perilaku manusia, dan
4) kita termotivasi untuk berinteraksi.
Komunikasi dan Sistem Sosial Sistem sosial adalah kumpulan dari peran-peran ketergantungan. Dalam membicarakan sistem sosial, kita membentuk perilaku peran (role behavior) yang menempati suatu kedudukan (role position) dalam struktur sosial.
Role behavior dapat dibagi atas dua kelompok: the must's (yang seharusnya) dan the may's (yang boleh). Perilaku seseorang yang menempati peran apapun dapat dianalisa dengan konsep "the must's" den "the may's" Ini. Kita dapat menentukan keseluruhan sistem perilaku peran secara eksplisit. Dalam setiap kelompok, terdapat tekanan group untuk meyakinkan bahwa anggota group menyesuaikan peran-peran mereka. Jika anggota merespon tekanan ini, yakni melakukan the must's, anggota tersebut diberi sesuatu (reward). Namun jika mereka menyimpang dari perilaku yang telah ditentukan, mereka dihukum, bahkan boleh jadi dikeluarkan dari group. Tekanan group inilah yang disebut norma.
Dalam membicarakan tujuan group, perlu dibedakan antara produktivitas atau tugas untuk menyempurnakan tujuan, dengan upah atau pencapaian kepuasan anggota. Komunikasi dengan organisasi sosial paling tidak berhubungan dalam tiga cara.
1) sistem sosial diproduksi melalui komunikasi.
2) pembangunan sebuah sistem sosial ditentukan oleh komunikasi anggotanya.
3) komunikasi mempengaruhi sosial sistem dan sebaliknya, sistem sosial mempengaruhi komunikasi.
Pengetahuan tentang suatu sistem sosial dapat membantu kita untuk membuat ramalan yang akurat tentang orang, tanpa memerlukan emphaty atau interaksi, tanpa mengetahui segala sesuatu tentang orang tersebut, kecuali hanya peran-peran yang mereka miliki dalam sistem. Kegagalan komunlkasi dapat disebabkan kesalahan dalam: peramalan role behavior, role position, multiple roles, konflik peran dan norma, dan komunikasi lintas sistem sosial. Makna dalam Komunikasi Makna (meaning) adalah inti dari komunikasi.
Dalam komunikasi, sumber maupun penerimaan berusaha memilih kata-kata yang menjelaskan pengertian masing-masing. Kata-kata tersebut merupakan pesan (message), Ide yang diekspresikan dengan cara-cara tertentu (perlakuan) melalui penggunaan kode. Dalam artikelnya "The Origins of Language", Thorndike menyatakan ada empat hipotesa tentang dasar kegunaan suara-suara manusia yang mengekspresikan maksudnya. Empat kelompok itu adalah "ding-dong", "bow- bow", "pooh-pooh, dan "yum-yum".
A). Teori "Ding-dong" menyatakan bahwa suara memberi arti pada sesuatu di mana setiap orang memberikan arjti yang sama.
B). Teori "Bow-Bow", manusia meniru bunyi-bunyi (suara) yang dihasilkan binatang.
C). Teori "Pooh-Pooh" menyebutkan, manusia membuat suara-suara instinctive tertentu dan kita telah mempunyai arti untuk suara ini karena kita membuatnya.
D). Teori "YumYum" mengatakan manusia memberi respon fisik pada setiap stimulus. Sebagian dari respon fisik ini dilakukan mulut.
Berlo membuat asumsi yang terbaik tentang asal bahasa dalam pernyataan berikut :
1) bahasa sendiri atas suatu perangkat simbol-simbol yang berarti plus cara-cara yang
bermakna untuk mengkombinasikannya,
2) simbol dari suatu bahasa dipilih melalui kesempatan, bukan pemberian Tuhan,
3). menusia membangun bahasanya sendlri dengan prinsip yang sama tentang interprestasi, respon dan balasan yang dilakukan melalui belajar,
4). manusia lambat laun membentuk bahasanya dalam upaya mengekspresikan pengertian pada dirinya dan orang lain, membuat orang lain mempunyai pengertian yang sama, dan untuk menimbulkan respon yang akan menambah kemampuannya untuk mempengaruhi.
Fungsi bahasa adalah untuk mengekspresikan makna. Makna itu sendiri melekat pada semua definisi bahasa. Makna tidak terdapat di dalam pesan (message), tetapi berada pada orang. Makna pribadi sifatnya, yang berbeda dari satu orang dengan orang lainnya. Makna adalah sesuatu yang dipelajari. Merujuk pada Teori Pavlov, makna dapat dipelajari melalui keadaan (learning by condifioning) , dengan rasangan yang menghasilkan respon tertentu dalarn situasi yang bagaimanapun (unconditioned stimulus) dan rangsangan yang tidak mendatangkan respon tertentu (conditioned stimulus). Seperti telah disebutkan bahwa semua makna (meaning) terdapat pada orang, yang dipelajari dan oleh karenanya bersifat pribadi. Dalam kaitan ini Berlo membagi makna dalam empat dimensi: denotative, struktura, contextual dan connotative. Denotative Meaning Denotative meaning terdiri atas hubungan antara suatu tanda kata dan suatu tujuan yang ada dalam dunia fisika.
Bila kita menggunakan kata-kata dengan tanda-tanda, berarti kita mencoba menamil sesuatu yang ada di dunia fisik. Structural Meaning Makna struktur terdapat dalam hubungan suatu tanda dengan tanda lainnya. Dengan demikian makna ini terdapat dalam kenyataan formal. Kita mendapat makna dalam struktur ketika satu tanda membantu kita memperklrakan tanda lainnya. Contextual/Meaning Seseorang harus selalu mempertimbangkan makna dari konteks. Ini mungkin merupakan cara yang paling baik untuk membantu penerima pesan dalam mengartikan kata-kata baru.
Conotatlve Meaning Makna arti diartikan sebagai hubungan antara tanda, tujuan dan seseorang. Makna ini berorientasi pribadi, memberi perhatian pada kenyataan sosial. Makna ini berasal dari pengalaman pribadi seseorang yang menggunakan kata dan berhubungan dekat dengan siapa dan apa yang dia perankan.
Makna denotatif dan arti tidak berbeda dalam jenis; keduanya berbeda dalam tingkatan. Observasi dan Penilaian Observasl (pengamatan) adalah suatu kalimat yang dapat dinamakan sebagai sesuatu yang benar atau salah. Jika kita tidak dapat menentukan (sekarang atau nanti) suatu kalimat itu benar atau salah, maka kalimat itu bukan pernyataan suatu fakta.
Konsep "benar" oleh Aristoteles dikatakan : "mengatakan sesuatu secara apa adanya, atau tidak mengatakan yang tidak ada adalah sesuatu yang benar; mengatakan yang tidak ada, atau tidak mengatakan sesuatu yang ada, adalah sesuatu yang salah".
Dalam istilah lain, dapat dikatakan bahwa suatu kalimat itu benar apabila:
a). Mengatakan sesuatu tentang kejadian yang ada dalam dunia fisik (observasi)
b). Uraian kejadian yang ada di dunia adalah apa yang tertera dalam kalimat.
Verifikasl merupakan cara menguji observasi. Pernyataan fakta meliputi dua jenis kata:
1) kata-kata yang mempunyai makna denotative, dan
2) kata-kata yang mempunyai makna struktural. Sebagai ringkasan tentang Observasi dapat disebut bahwa:
a) observasi menekankan pada kata-kata yang mempunyai makna denotative,
b) observasi merupakan pernyataan kalimat fakta,
c) observasi dapat disebut benar atau salah,
d) observasi sulit dilakukan.
Sulitnya observasi dilakukan disebabkan:
1) keterbatasan kemampuan kita untuk melihat dan mengingat,
2) mempercayakan pada observasi orang lain, dan hasilnya salah,
3) membuat observasi hanya dengan pengertian kita dan
4) kita cenderung untuk menginterpretasi dan mengevaluasi apa yang dilihat, daripada melaporkannya.
Pendapat merupakan kalimat yang menekankan makna konotatif. Pendapat memberitahukan kita tentang kenyataan sosial, khususnya orang yang membentuk kehldupan sosial. Kemampuan menerima merupakan kriteria untuk menguji pendapat. Pendapat tidak merupakan observasi. Pendapat bermaksud untuk mendapatkan penerimaan sebuah ide, melahirkan perubahan perilaku, dan sebagainya. Observasi dan Pendapat: Persamaan dan Perbedaan.
Tujuan observesi adalah melaporkan; sedangkan tujuan pendapat untuk membujuk. Keduanya digunakan untuk mempengaruhi. Seperti halnya denotation dan connotation yang tidak saling bergantung, observasi dan pendapat juga tidak tergantung satu dengan lainnya. Terdapat dimensi pendapat dalam semua observasi, dalam menentukan persepsi yang ingin dibentuk dan bagaimana mengorganisir persepsi agar berhubungan dengan persepsi lainnya.
Pernyataan fakta terdapat dalam tujuan persuasif pernyataan tersebut mengarahkan perhatian, membangun persepsi, dan menyarankan suatu cara yang khusus dalam memandang realitas fisik. Semua bahasa yang diucapkan mempunyai dimensi persuasif. Dalam mewujudkan keinginannya untuk menafsirkan dunia fisik, manusia menginterpretasi kejadian-kejadian. Berbicara tentang implikasi satu kejadian terhadap kejadian lainnya, mencoba membuat kesimpulan tentang sesuatu yang belum diketahui membuat generalisasl tentang kejadian dan memperhatikan kejadian-kejadian yang akan datang.
Ketika membuat kesimpulan tersebut, manusia menyusun kalimat-kalimat yang belum diketahui berdasarkan kejadian lain yang sudah diketahui. Kesimpulan adalah hasil analisis hubungan struktural di antara kalimat. Berlo menyebut ada cara untuk membuat kesimpulan: deduksi dan induksi.
Deduksi adalah membuat kesimpulan secara umum untuk kemudian diterapkan secara khusus, sedangkan induksi membuat kesimpulan dari hal-hal yang khusus, untuk selanjutnya membuat kesimpulan secara urnum. Pada metode deduksi ada satu cara untuk menguji kesimpulan yang disebut dengan sylogisme. Cara ini membuat dua premis untuk kemudian dihubungkan, selanjutnya melahirkan kesimpulan. Contoh : Semua mahasiswa adalah manusia (Premis) Semua manusia dapat berbuat salah (Premis) Semua mahasiswa dapat berbuat salah (Kesimpulan) Dalam sylogisme, jika kedua premis benar dan argumennya valid, maka kesimpulan harus benar. Sylogisme adalah argumen mendasar. Meskipun konsep argumen merupakan suatu yang kompleks, pengertian dan aplikasi penguji sylogisme berguna jlka kita tertarik pada pesan yang argumentatif.
Induksi: pengembangan Generalisasi Struktur. Pada tingkat analisis ini, data dasarnya adalah pernyataan yang benar tentang fakta : pengamatan yang telah diuji kebenarannya. Asumsi dari proses Induksi ini adalah :
1) bahwa kejadian di dunia ini berlangsung secara kontinue
2) kelangsungan alam memungkinkan untuk mengganggu struktur kejadian-kejadian fisik yang teratur
3) berdasarkan adanya kontinuitas dan struktur, dapat diprediksikan bahwa kejadian mendatang akan sama dengan yang telah terjadi.
Generalisasi adalah pernyataan tentang keseluruhan, berdasarkan pengamatan pada suatu bagian. Dalam membuat kesimpulan semacam ini, sedikitnya diperlukan tiga pertanyaan :
1) apakah jumlah sampel yang diamati mewakili,
2) apakah bukti-bukti yang ada representatif, dan
3) adakah terjadi konflik dalam pembuktian fakta.
Metode deduksi maupun induksi, keduanya penting artinya dalam ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah suatu proses yang meliputi :
a) mengorganisasikan persepsi dari dunia fisik untuk selanjutnya menyusunnya dalam definisi, b) membuat observasi berdasarkan definisi konseptual,
c) mengorganisasikan pengamatan tersebut dan membuat hipotesa,
d) menguji hipotesa dengan menerapkan prinsip-prinsip induksi, pendefinisian kembali, pengamatan kembali,dan seterusnya.
No comments:
Post a Comment